Jogja: Kota Pendidikan dan Wisata

Yogyakarta sebagai kota pendidikan memang sudah dikenal sejak lama. Beberapa macam julukan seperti Kota Pelajar, Kota Gudeg, Kota Perjuangan, Kota Pariwisata, maupun Kota Budaya melekat didalamnya sehingga Yogyakarta memiliki slogan Jogja Istimewa.

Sebagai kota pelajar, kita tentu masih ingat sejarah masa lalu dimana pada awal tahun 1946 hingga akhir tahun 1949, Yogyakarta menjadi Ibukota Negara Republik Indonesia. Pada masa itu Yogyakarta menjadi suatu kota yang mampu memikat datangnya para kaum remaja dari seluruh penjuru tanah air disamping tentunya menjadi tempat berkumpul para pemimpin bangsa Indonesia. Tujuan kedatangan para kaum remaja ini adalah keinginan untuk ikut serta dalam pembangunan negara yang baru saja merdeka. Oleh karenanya Pemerintah RI kemudian mendirikan Universitas Gadjah Mada (UGM), universitas negeri pertama yang lahir di jaman kemerdekaan.

Setelah UGM berdiri kemudian diikuti oleh beberapa sekolah pendidikan lainnya diantaranya Akademi Seni Rupa Indonesia dan Akademi Musik Indonesia (sekarang bernama Institut Seni Indonesia) serta sekolah tinggi di bidang agama Islam (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri, yang sempat berubah nama menjadi IAIN Sunan Kalijaga (sekarang bernama Univeritas Islam Negeri/UIN).

Tidak hanya lembaga pendidikan negeri saja melainkan lembaga pendidikan swasta juga banyak bermunculan di Yogyakarta sehingga hal ini menjadikan kota Yogyakarta sebagai kota pelajar dan pusat pendidikan.

Sebagai kota perjuangan, dimana pada akhir tahun 1948, serangan Belanda akhirnya sampai di Yogyakarta dan berhasil menangkap para pembesar Republik Indonesia serta mengasingkannya ke daerah Prapat, Sumatera Utara dan ke pulau Bangka. Namun hal ini tidak berarti berakhirnya Negara Republik Indonesia. Laskar Indonesia, yang didukung oleh rakyat tetap mengadakan perlawanan secara gerilya di bawah komando Jenderal Sudirman.

Tentara Republik Indonesia merencanakan serangan ke pertahanan bala tentara Belanda di Yogyakarta pada Februari 1949, di daerah Bibis, 6 km sebelah selatan Kota Yogyakarta,. Serangan itu dilaksanakan saat fajar pada tanggal 1 Maret 1949 dan oleh karenanya dikenal sebagai Serangan Fajar atau Serangan Oemoem 1 Maret. Dalam serangan ini, Tentara Republik Indonesia berhasil menguasai Kota Yogyakarta selama kurang lebih 6 jam, dan dikenal dengan istilah 6 jam di Jogja. Oleh karena itulah Yogyakarta dikenal juga sebagai kota perjuangan karena banyaknya perjuangan melawan Belanda pada waktu itu terjadi di kota ini.

Sebagai kota wisata, Yogyakarta memiliki tempat wisata yang cukup lengkap. Malioboro, tentu Anda tidak melupakan nama jalan ini bila berkunjung ke Yogyakarta. Tidak lengkap rasanya atau tidak pernah berwisata di kota Yogyakarta bila Anda belum meluangkan waktu untuk jalan-jalan di Malioboro ini. Banyak jajanan dan wisata kuliner baik pada siang maupun malam hari, batik, souvenir-souvenir kerajinan dsb banyak dijual di tempat ini. Disekitar Malioboro terdapat pula pasar yang cukup besar yaitu Pasar Beringharjo. Tidak lupa pula untuk menyempatkan liburan Anda berkunjung ke Kraton Yogyakarta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *